Senin, 03 Januari 2011

Andai bisa kita kembalikan waktu?

Sebuah pertanyaan yang sedari tadi mampir di kepalaku, berawal dari mendengar lagu dengan judul “if I could turn back the time.”, tapi aku tak begitu tahu siapa yang menyanyikannya, karna kudengar hanya dari radio mobilku dan pembawa acaranya pun tidak menyebutkan siapa pemilik lagu itu. Tapi, bukan tentang siapa yang menyanyikan lagu itu atau siapa penciptanya yang mampir di kepalaku, akan tetapi, pesan tersirat yang di bawa oleh liriknya. Bagaimana sekiranya kalo kita bisa membalikkan waktu, itulah pertanyaan yang di lontarkan kepalaku kepada pikiranku terlebih kepada hatiku.

Setelah cukup lama pikiran dan hatiku bergulat, satu kesepakatan telah mereka buat, yaitu “tak akan membuat orang yang kucintai hilang dari gengamanku.”. sebuah kesepakatan yang selalu saja mampu membuat keningku berkerut, kenapa harus selalu tentang cinta?

Cinta, terlalu banyak definisi tentangnya, mungkin masingmasing orang akan memiliki definisi yang berlainan dan khusus untukku artinya adalah “ketika seseorang menyayangi orang lain melebihi dirinya sendiri”, cukup naïf memang aku mengartikan arti cinta, ya, tapi memang begitulah aku merasakannya, dan ketika aku kehilangan orang yang kusayangi berarti aku telah kehilangan diriku sendiri, kok malah tambah naïf sepertinya.

Entahlah, tapi ada beberapa hal yang membuatku berpikir seperti itu, selain hidup Cuma sekali dan tak ingin ada penyesalan di harihari dimana tak ada yang mampu memberi kebahagian yang palsu lagi, dan menurutku cintalah sumber semua kebahagian yang abadi. Karna hidup adalah masa kini dan masa datang, sementara masalalu telah tertetapkan dan tak akan pernah berubah, dan masakini akan berubah menjadi masalalu karna waktu tak pernah berhenti berdetak maju, maka, seberusaha mungkin untuk menipiskan penyesalan yang akan ada di akhir nanti dengan mempertahankan cinta yang hidup di hatiku.

Bayangkan, ketika kita hidup bersama seorang yang kita tidak cintai. memeluk tubuh yang tak ingin kita peluk, mengengam tangan yang tak ingin kita gengam bahkan bercinta tanpa mengunakan kasih sayang, lalu apa bedanya kita dengan pelacur pinggir jalan, sementara mungkin mereka lebih baik, melakukannya karna terpaksa, karna keharusan mempertahankan hidup dan tak punya pilihan lain, sementara kita melakukannya dengan keinginan kita sendiri tetapi sesungguhnya kita punya pilihan lain. Pasti sangat melelahkan, ketika kita hidup dengan seseorang tetapi di hati dan pikiran kita orang lain yang hidup.

Lalu, ketika materi telah tak mampu lagi memberi bahagia, sementara cinta yang tak kita miliki, membuat perselingkuhan adalah jalan cepat untuk meraih cinta yang sesaat, karna mungkin orang yang kita cintai, orang yang dulu kita sia-siain, telah memiliki kehidupan sendiri dan tak pernah menginginkan kita lagi, hingga kita menghalalkan perselingkuhan mencari alasan untuk menutupi cinta yang telah tersia-sia, apakah benar seperti itu?

Waktu bergerak dengan cepat tanpa kita sadari dan tiba-tiba telah mengantarkan kita di tepian usia, di kehidupan yang tak bisa di rubah lagi, dimana kebahagian sudah tak mampu di beli dengan materi, hingga benih-benih penyesalan yang kita pupuk telah mulai memekarkan putiknya dan siap berbuah airmata dan tanggis. Dan menutup usia dalam penyesalan dan dengan kata “andai saja dulu”…

0 komentar:

Posting Komentar