Kamis, 28 Oktober 2010

Tentang Merindumu


berungkali kita tulis sejarah kesendirian, kelak menjadi riwayat airmata yang tumpah di matamu dan bermuara di dadaku. serupa hujan malam ini, dingin.
sekilas kenang tertangkap di ingatan, tentang kita yang bermandi peluh, bertukar dekap dan tatap, nafas begitu memburu seakan detik tak ingin terlewat sia-sia.
malam itu kuletakkan bintang dan bulan di langit kamarmu, semoga kau ingat itu, sayang.

lalu, petir menyambar dan gemuruh bergema di langit, membuncahkan kerinduan yang sangat, ketika kita memilih bermalam dalam kesendirian. dan aku merindumu.

ketika merindumu, di mana sepi semakin sunyi adalah aku yang menjadi pendusta ketika kukatakan aku ingin sendiri, sementara, aku tahu kesendirian adalah luka yang teramat perih.

malam kian memanjang, sapamu kembali hilang, lindap di bawa angin. dan kini kutahu, tak ada yang abadi tentang kau dan aku, selain ingatanku tentangmu.


Bekasi.

Senin, 25 Oktober 2010

Menungumu


Di setiap pagi setelah kepergianmu, kuganti secangkir kopiku dengan segelas susu, agar ketika kau kembali, masih ada aku di sini, menungumu..

Label Harga

Dan aku mulai menghitung seberapa banyak cinta di dadaku, setelah kulihat cintamu terpajang di etalase dan berbandrol harga.

setelah cukup kukumpulkan uang untuk menebus cintamu yang berlabel harga, akupun bingung untuk memilih warna, tak ada warna merah yang kusuka, hanya ada warna putih, hitam dan abuabu, warna yang tak ada gairah kehidupan, kosong.

akhirnya, kutentukan untuk memilih warna puith, yang begitu suci katamu, tapi, sungguh tak kutemukan kehidupan dan gairahnya, hingga harus kupikir ulang kembali untuk membeli cintamu.

Tak Tercatat

kelak, ketika kau berjanji setia kepadaku
jangan kau ucapkan, cukup kau tuliskan saja
karna bahasa ucap tak pernah meningalkan jejak
hingga aku tak bisa menagih apaapa kepadamu

di perkataan terakhirmu, kau tinggalkan tanya
serupa kata yang selalu kau ingkari dan merubahnya menjadi aku
bukankah telah kucatat di dadaku?
kau pun tahu itu, tapi, kita samasama bengal
khianati semua telah terucap dan memilih melupa dan dilupakan

lalu, ketika waktu beranjak menjauh
menghitung jarak diantara janji
kita mulai menghitung seberapa besar rindu dan dendam
mempermainkan catatan kecil di hatiku dan mu
tentang kenangan, yang selalu menjadi jalan buntu untuk memilih langkah
akhirnya, kita kembali menagih apa yang tak pernah tercatat.

Jumat, 22 Oktober 2010

karena Aku Mencintaimu

; Linie Maharani

karena aku mencintaimu
maka tak ingin kubuatkan sangkar
terbang tinggilah, kepakkan sayapmu
beritahu dunia keindahan warnamu

karena aku mencintaimu
sesempurna purnama malam ini
kesempurnaan yang abadi
dan tempat segala kecantikan mengembara

karena aku mencintaimu
lebih dari apa yang kau ketahui
tentang cinta
tentang rindu
tentang mimpi
yang hidup di dadaku
yang mengatur detak di jantungku

karena aku mencintaimu
seperti anak kecil yang merindukan air susu ibunya
seperti nyanyian para bidadari surga
seperti aku dan diriku

kaulah puisi yang ingin kupeluk
begitu erat, seperti memeluk hatiku sendiri
karna aku mencintaimu...


Bogor,

Selasa, 19 Oktober 2010

kau tahu?

kau tahu?
di setiap detak jantungku ada namamu berdetak.
dialiran darahku ada jiwamu mengalir.
lalu, kenapa tak kau indahkan resah?
akulah sang penunggu, menunggumu didetik risau senjaku.
janganlah bertanya sampai kapan?
karena akan kutunggu sampai senja tak lagi merupa luka.

tak perlu

tak perlu kita kisahkan lagi masalalu, biarkan tertempel di dinding
ingatan, luka telah menjadi sejarah, sebagai pengantar keberadaan saat ini

tak perlu kita ungkit risalah luka, biar mengering dengan sendirinya, tanpa kemunafikan, sebenarnya kita samasama kalah

dan tak perlu kita pecundangi waktu, kitalah yang memilih,
pilihan yang merupa sungai yang mengalir ke muara dan tak pernah berpulang ke hulu

Sabtu, 16 Oktober 2010

Tak ada tempat yang lebih gelap daripada hatiku

tak ada tempat yang lebih gelap daripada hatiku
dimana kesendirian menjadi berhala
meminta sesembahan dari airmata dan jiwaku
kekosongan membuat terowongan gelisah yang begitu panjang di dadaku
pun angin hanya selintas lewat dan menghilang
ada cahaya kecil di ujung sana
kulangkahkan kaki namun tak pernah sampai
tak ada yang berubah
kecuali sunyi yang semakin bising
fatamorgana diri

tak ada tempat yang lebih gelap daripada hatiku
dimana sejuta sayatan pedih membekas
kenangan terus menghujam dalam
ranting tak berdaun
bungga yang tak pernah mekar
kemarau yang tak berakhir
setelah seribu tahun hujan tak mampir

mencumbui sepi, membuatku terbiasa akan pencarian
kekasihku, kudengar suaramu di kegelapan
terus kucari hingga waktu tak lagi berdetak
tapi, hanya hatiku yang kutemukan
dimana kesendirian menjadi berhala.


Bekasi,

Selasa, 12 Oktober 2010

Buah Nangka

Buah nangka
Paling enak di gulai
Tak kusangka
Ternyata dirimu jablay..


Sebuah pantun *slengean yang kulihat di spatbor belakang sebuah motor waktu di tengah kemacetan jalur puncak, tepatnya di daerah ciawi, sepertinya memang untuk sebuah pantun untuk lucu-lucuan saja, tapi entah mengapa sepanjang perjalanan katakata itu melekat di otakku, seakan terus mengelitik pikiranku. Menurutku, mungkin bukan hanya sekedar lucu-lucuan tapi lebih tepat menjadi sebuah sindiran akan pergeseran norma yang terjadi saat ini, begitu banyak kulihat kejadian dan cerita-cerita saat ini tentang betapa sebuah kesetian itu tak begitu berharga lagi, saat ini begitu mudahnya sebuah hubungan terkhianati. Lalu, masihkah cinta itu dilandaskan kesetian atau memang kata cinta itu sudah menjadi begitu murahan seperti kesetian yang hanya menjadi pemanis bibir.
Di tengah pergolakan pikiran tentang pantun *slengean dan kata setia, aku ingat beberapa temanku pernah bercerita tentang hubungannya. Salah satu temanku pernah bercerita bahwa dia dulu pernah setia kepada pasangan hingga waktu yang cukup lama, padahal di tengah perjalan hubungannya pasangannya pernah beberapa kali mengkhianati hubungan mereka, tapi, setiap kali pasangannya meminta maaf, ia selalu memaafkannya, padahal kejadian itu berulang sampai beberapa kali. Pernah aku tanyakan alasannya kenapa dia bisa memaafkan pasangannya padahal sudah beberapa kali dia mengkhianati hubungan mereka, temanku menjawab bahwa pasangan berwajah lugu dan ia yakin bahwa ia tak akan mengulanginya lagi, tapi, kejadian itu tetap berulang kembali, hingga akhirnya ia memutuskan untuk benar-benar berpisah dan temanku akhirnya memutuskan untuk mencari tahu kenapa pasangannya begitu sering mengkhianatinya, sehingga dia memutuskan untuk memacari banyak wanita dan mengobral kata cinta dengan mudahnya tanpa memperdulikan sakit hati wanita yang ia khianati dan ia begitu menikmati peran itu, pernah dia mengatakan padaku bahwa ia sedang memangungkan sandiwara di kehidupan nyata. Tapi, syukurlah saat ini ia sudah sadar dan memutuskan untuk mengakhiri semua hubungannya dan menunggu hadirnya satu orang wanita, lalu ia akan menikahinya.
Dan pernah juga satu orang temanku yang lainnya bercerita tentang kisah cintanya, dahulu ia adalah seorang *player dan berpacaran dengan banyak wanita, hingga dia bertemu dengan seorang wanita yang ia anggap wanita sangat baik walau dengan latar belakang yang cukup hitam, mungkin pertama kali dia memutuskan untuk berhubungan dengan wanita ini hanya sekedar iseng saja, tapi wanita ini mampu membuat dia benar-benar jatuh cinta hingga ia memutuskan untuk hanya berhubungan dengan wanita ini dan setia kepadanya, namun sekali tak ada yang benar-benar indah di dunia ini, dimana kebahagian sepertinya mulai akan kita gapai saat itulah kepedihan dan kesakitan mulai memainkan peran, disaat dia benar-benar jatuh cinta dan ingin menikahi wanita ini, saat itu juga dia mengetahui bahwa wanita yang mulai sangat ia cintai adalah seorang player dan ternyata lebih ahli daripada dia.
Mungkin di zaman yang serba cepat ini, orang-orang lebih melilih untuk sesuatu yang mudah dan tidak terlalu menyusahkan, sehingga memilih kebahagian sesaat daripada menjaga kesetian yang mungkin terlalu susah untuk dijaga. Namun, terkadang kita lupa, kecantikan raga hanya sementara dan kemudaan bukanlah waktu yang panjang. namun terkadang kita bertindak seakan-akan selalu abadi, bukankah yang abadi hanyalah cinta, lalu, mengapa kefanaan dan penyesalan yang kita pilih?
Mungkin memang saat ini cinta dan kesetian hanya polesan di bibir bukan ketulusan rasa di hati. Dan juga mungkin cinta sejati itu hanya milik negeri dongeng dan cerita legenda-legenda, lalu, bagaimana dengan segelintir orang yang masih menginginkan cinta itu pada tempatnya, dimana cinta itu adalah ketulusan rasa dengan perbuatan kesetian.


*slengean : bahasa untuk sesuatu yang tidak serius atau asalasalan
*Player : sebutan untuk playboy dan playgirl.


Bogor.

Selasa, 05 Oktober 2010

Mengenangmu

mengenangmu, di jeda
ruang tunggu hadirkan berupa-rupa rupa
memilah wajah makin resah
setiap kisah kian samarkan wajah
entah di bangku nomor keberapa wajahmu kembali hadir

aku mulai melupa
ketika malam kau melangkah keluar
dari jantungku yang tak lagi berdenyut
kau atau aku, akhirnya menutup pintu

kenangan adalah kefanaan ingatan
tentangmu, tak lagi abadi
terkadang hanya sunyi yang beri arti
ketika aku lelap dalam ketaktiduranku
ketika ingatan kembali mengenangmu
aku tersenyum, dan jantungku tetap berdenyut.





bekasi,

Minggu, 03 Oktober 2010

Aku Lelaki

aku lelaki yang disalib nasib di padang gersang
dipaku tubuh waktu yang memaku harapan
ditelanjangi mimpi dan di bakar panas matahari
yang beku ketika malam menghampiri
menasbihkan kesendirian sebagai kekasih

aku lelaki yang membelah perasaan
samudera kesendirian tanpa batas
sebagai jalan untuk pelarian
dan waktu menjadi kawan perjalanan
diantara gelombang dan arus
kularungkan airmata di sungai yang mengalir ke samudera tanpa batas

aku lelaki yang menaiki perahu
berlayar mengarungi setiap kelelahan jiwa
di antara badai dan ombak kehidupan
engkaulah kekasih yang mejadi arah
yang merupa bintang-bintang di gelap malam
yang merupa mimpi tak pernah nyata

aku lelaki yang memujamu dengan nyanyian
menyusun kitab airmata
dari luka yang nganga
dari setiap tetesan darahnya adalah tinta
maka tertulis kisahmu, kekasih
kisah abadi tentang ratapan-ratapan jiwa

aku dan bulan

aku dan bulan kekasihku
ini malam kami bercinta
lepas rindu yang seluruh
cantik nian dia punya rupa
datang selalu di gelap bersahaja

jarak pengukur rindu
tentang kekasih, aku meragu
di remang nasib yang entah
akulah pecinta yang kalah

kepadanya. tak ada kata terucap
hanya sepangal puisi yang tak jadi
tinggi memang aku punya harap
tentang cinta harus memiliki

ahh, malam kian menghitam
dan sepi semakin jahanam
bulan kekasihku. datang selalu di gelap bersahaja
sebentar saja dan hilang untuk selama

Peran Terakhir

pada petemuan terakhir itu
kita sibuk memainkan peran
aku memilih menjadi langit
dan kau memilih menjadi bumi

kuberikan sinar yang terang
dibaliknya panas membakar dadamu
alih-alih menyuburkan benih yang kautanam
namun, kemaraukan rahimmu

kauberikan kesejukkan di mataku
dibaliknya tandus menyeruak bibirmu
memekarkan putikputik bunga
namun, layu tak berkembang

entah, sudah keberapa dalam sandiwara percintaan
kita memainkan peran tawa dalam luka
memakai topeng sembunyikan wajah
wajahmu
wajahku
dan wajah luka

kita mulai menghitung durasi
ketika benci semakin memaki
dan rasa tak lagi menari
karna tak ada mimpi yang abadi

mari kita sudahi saja pesta ini
panggung tak lagi mampu
topang dendam yang sudah membelati
di dadamu dan aku

inilah akhir,
tanpa tepuk tangan penonton
tanpa soraksorakan kemenangan
hanya hati kita yang riuh
diantara detak jangtung bergemuruh
mari, kita sudahi saja pesta ini.