Jumat, 27 Januari 2012

.....

Ida. Berulangkali aku mati dan hidup kembali, namun langit tetap menulis namamu di dada. Abadilah kau, pelangi, segala warna keindahan di pandanganku.

Ida. Rindu begitu gelisah, sebelum malam senja memerah, di pelupuk mata, aku temukan kau masih saja bertahta.

~

Kerinduanku bukanlah untuk kembali kepadamu, tetapi hanya caraku untuk menjaga sebuah kenangan. Waktu, kediaman yang tak benar diam, dari setiap langkahnya ia simpan rahasia. pertemuan dan perpisahan. Dan aku masih saja serupa peron-peron kosong. Menunggu kereta yang tak akan pernah datang. Di bangku sebuah ruang tunggu. Kenangan kita rebah. Tertidur pulas tanpa selimut.

Masih menunggukah kamu. Aku?

Kedewasaan adalah ketika aku merelakan airmataku untuk kebahagianmu. Dalam kesendirian, peperangan seringkali terjadi. Kemenangan dan kekalahan. Bertukar peran pada permukaan gambar pada layang-layang. Senja itu angin membawaku terbang. Sayap-sayap tumbuh pada tulang rusukku. Yang masih saja tertulis namamu.

Kemanakah kupahatkan tujuanku. Kamu?

jika kau mau
melangkahlah lebih jauh ke dalam hatiku
kau akan temukan bunga mawar
--yang menyimpan embun-embun masalalu
Bening air mata bercampur bahagia; kamu.

Lilin itu tak pernah kupadamkan. Malam seringkali datang tiba-tba. Sementara kereta tak pernah lagi laju. Di bangku itu kutanam bungga mawar. Tempat aku menunggumu. Merasakan wangi dan lukanya merindu. Kamu?






Tebet, 28012012. 02.04

Rabu, 18 Januari 2012

senja itu

Hujan bawa kembali ingatan, ia datang tak sendiri, selalu saja rindu mengikuti. Kamu, keriting rambut dan binar-binar di matamu mampu memperdayaku senja itu. Di bangku plastik berwarna merah, waktu mempertemukan kita, serupa dua sungai yang bertemu, kita coba lebur jadi satu.
Aku pandangi dirimu dan pertemuan dua sungai itu, nelayan serta burung-burung kembali bergerak pulang, membawa hasil dari keringat mereka yang hilang siang tadi. Selayaknya sebuah pertemuan, kita sama-sama tahu; perpisahan adalah hidangan penutup yang tersaji di meja perjamuan senja itu. Aku tak ingin mengunyah lekas-lekas, namun, senja tak pernah berlangsung lama, kita pun samasama tahu itu.
Tak ada hujan senja itu, hanya saja kita menahan mendung di pelupuk mata dan dada.