Jumat, 30 Juli 2010

Aku Rindu Wajahmu, Ibu.

Sebagai seorang anak, kami adalah harapan dan pengharapan, sumber kebahagian, mempererat keutuhan sebuah keluarga. Kehadiran kami selalu di nanti-nantikan sebagai penerus sebuah keturunan, penerus nama keluarga. Tanpa kami sebuah hubungan akan menjadi kosong, seperti sayur tanpa garam, begitulah kata-kata orang arti sebuah anak. Tapi sayangnya tidak semua dari kami mendapat perlakuan seperti itu, termasuk aku.
Aku terlahir tanpa pernah di harapkan kehadiranku. Terkadang harapan bisa berubah menjadi sebuah aib, ketika sebuah tanggung jawab dari sebuah perbuatan tak lagi relevan, dan janji menjadi sebuah kata tanpa arti ketika norma masyarakat ikut mengambil peran.
Aku tercipta dari penyatauan cinta sepasang jiwa, cinta yang memabukkan mereka dalam usia muda. Tetapi ketika mimpi terenggut sebuah keharusan pilihan menjadi senjata yang memakan diri sendiri.

***
“ibu, aku ada karena kau yang membuatku ada.”
Di rahimmu, aku berlindung dari luka yang kau tanggung ketika ayahku meniggalkanmu dalam kesendirian, kesepian dan keterpurukan.
“Apa ini salahku ibu?”
Karena aku tak bisa memilih siapa yang akan menjadi ayahku, dan kaulah yang memilihkannya untukku.
“Ibu, kini hapuslah airmatamu.”
Sembilan bulan sepuluh hari, kau menangis tanpa henti, meratapi semua yang pernah terlewati. Dan aku mendengar dan menanggis bersamamu.
“Oh ibu, aku tak bisa melihat, meraba, dan berlari.”
Sekian lama aku menunggu untuk melihat, meraba wajahmu dan berlari kepangkuanmu. Aku sangat merindukannya ibu, sunguh. tapi, obat yang sering kau minum waktu aku masih di kandungan telah mengambil mata, tangan dan kakiku. Hanya jiwaku dan semangat untuk melihat dan meraba wajahmu dan berlari kearahmu yang tak bisa dia rengut dariku.

***
“Ibu, kaukah ini, yang memelukku dengan kedua sayap di punggung.”
Dengan kaki mungilku aku berlari kearahmu, meraba wajahmu.
“Ibu, aku bisa melihat dan berlari, Aku bahagia.”
Ketika aku dilahirkan semalam, aku tak bisa melihat bahkan untuk mengeluarkan suara tangis pun aku tak mampu sehingga aku manangis dengan hatiku dan sampai membawanya ke tidurku.
“Kau sangat cantik ibu, kau tersenyum, sudah selesaikah tanggismu?”
“Tunggu dulu, apa benar kau ibuku?”.


F. Farian Pratama.
Bekasi 31 juli 2010 5:10

Kamis, 29 Juli 2010

Airlangga

Raja Airlangga (Bali, 990 – Kahuripan, 1049)

Airlangga atau sering di sebut Erlangga adalah pendiri kerajaan Kahuripan pada tahun 1019 dan memerintah sampai dengan tahun 1045, kerajaan Kahuripan di bangun sebagai kelanjutan dari kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006 oleh serbuan Sriwijaya.
Airlangga merupakan putera pasangan Mahendradatta (puteri dari Dinasti Isyana, Medang) dan Udayana (raja Dinasti Warmadewa, Bali). Ia dibesarkan di istana Watugaluh (Kerajaan Medang) di bawah pemerintahan raja Dharmawangsa.
Ketika kerajaan Medang diserang Sriwijaya pada tahun 1006, Airlangga masih berusia 16 tahun. Pada penyerangan itu sekutu Sriwijaya, Wurawari membakar kerajaan Medang, Raja Dharmawangsa beserta bangsawan kerjaan Medang tewas dalam serangan itu. Namun, Airlangga mampu melarikan diri ke hutan bersama pengawalnya yang bernama Narotama, dan menjadi pertapa beberapa tahun kemudian.
Dan pada tahun 1019 setelah beberapa tahun menjadi pertapa, Airlangga mampu menyatukan kembali kerjaan Medang yang sudah terpecah-belah dan membangun kerajaan Kahuripan, yang wilayahnya membentang dari Pasuruan di timur hingga Madiun di barat.
Selama pemerintahan Raja Airlangga seni sastra berkembang pesat di kerajaan Kahuripan. MPU Kanwa seorang penyair yang hidup di masa Raja Airlangga, menulis kitab kakawin arjunawiwaha. Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Suprada dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini. Oleh para pakar ditengarai bahwa kakawin Arjunawiwaha berdasarkan Wanaparwa, kitab ketiga Mahābharata.
Pada akhir pemerintahan Raja Airlangga kerajaan dibagi menjadi dua kerajaan, Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kadiri untuk kedua putranya pada tahun 1045. Dan ia memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya tahun 1049.

*Data diambil dari berbagai sumber.


Beny Fauzan
Balikpapan, 30 juli 2010 03:00

Selasa, 27 Juli 2010

purnama di balikpapan.


; malam ini bulan begitu angun, se-purnama dirimu di hatiku


purnama di balikpapan.

bulan terjaga di kota ini
ketika malam menjadi tawar
di angkasa lusinan walet menari
tertawai luka yang semakin memar
inikah purnama, bisik ombak kepada pantai
setelah sekian lama mengalun rindu dalam gelombang
dan pendar cahaya merah melukis awan
luka dan pengkhianatan merajam dadaku.

wahai purnama, biarkan aku mati di sini.



Beny Fauzan
balikpapan 28 juli 2010 3:21

Kamis, 22 Juli 2010

Rusukku yang Kau Rampas

Mencintaimu tak akan melukaiku bukan tentang memiliki tetapi tentang senyum di bibirmu, cinta ikhlas memberi bukan menerima.

Kucintai kau selayaknya, seperti siang berganti malam, matahari bertukar tempat dengan bulan, musimmusim berganti dan ku gengam tanganmu diantaranya. Daun berguguran ketika senja mulai merah jingga serupa cinta yang kusematkan di dada, memberi irama kepada malam yang akan menemanimu. bukan aku.

Kutitipkan rindu pada angin yang menerpa wajah. semoga, berbisik di telingamu, membacakan alamat tentang arah kepulangan, harapan dan ketulusan; di hatiku.

Di bidang dadaku, dulu pernah kau ukir sajaksajak tentang riwayat sejarah luka dan airmata. Lalu, kau kembali melupa setelah percakapan pertama, menutup pintu dalam pertemuan pungung.

Dan kau tulis puisi tentang kemunafikan sebagai penganti rusukku yang kau rampas.

“Aku terluka,” katamu. dan belati masih tergengam erat di tanganmu sementara darah mengucur dari dadaku yang kau tinggalkan.


Beny Fauzan
Planet Senen 22/ juli / 2010 20.30

Rabu, 21 Juli 2010

Setelah Kepergianmu

setelah kepergianmu
detik berhenti berdetak
angin berhenti bertiup
jantungku berhenti berdenyut

setelah kepergianmu
siang menjadi malam
malam menjadi siang
dan aku terperangkap diantaranya

airmata jadi pelepas dahaga
ketika luka semakin nganga
hidup dan mati tak ada arti
setelah kepergianmu..

Apa Kabar Surga Pagi Ini, Sayang?

Malam hampir berganti pagi. kutuliskan kerinduan untukmu, karena hanya dengan menulislah aku bisa menyampaikan kerinduan ini. Sayang, setelah kepergianmu aku sangat suka memandang langit malam, diantara bintangbintang itu, aku tahu, kau tersenyum kepadaku. Apa kabar surga pagi ini, sayang?
Saat ini hidupku tak lagi seperti ketika kau ada di sampingku. Berbagi cerita, tertawa, bercinta, menangis dan memaki norma dunia. Ketahuilah, Ketika kau pergi, pun jiwaku ikut bersamamu, aku ingin segera menyusulmu, tapi kau tahu ini belum waktuku. Bersabarlah, sayang.
Aku masih suka ketempat terakhir kau memilih untuk mengakhiri perjuanganmu, menabur bunga dan membawa sekotak ice cream kesukaanmu dan aku merasakan kau hadir mengengam tangan dan hatiku. Di pohon besar yang rindang ini, dulu kita selalu menghabiskan hari dalam sejuta senyuman dan kebahagian, di sini kau pernah berkata ingin menjadi burung, terbang bebas kemana pun ia mau. Kini, kau telah menjadi burung itu.
Mungkin saat ini kau membenciku, benci atas kepengecutanku untuk memperjuangkan cinta kita. Aku menyerah dan memilih kebahagian cara mereka, kebahagian yang tak memperdulikan hati. tapi, setelah kepergianmu aku tersadar dan kau benar, kebahagian adalah hati.
Sayang, kau kenalkan dengan wanita yang menjadi istriku saat ini, dia wanita yang sangat baik, malah terlalu baik mungkin. tapi, cinta tak pernah bisa memaksa atau dipaksa, dan ia adalah misteri yang tak bisa di tebak kedatangannya. Ketahuilah sayang, ketika aku bersamanya adalah wajahmu yang ada dimataku, bahkan saat kami bercinta.
Selamat tidur sayang. Matahari sudah hampir terbit di ufuk timur dan wajahwajah para pememakai topengpun telah terbangun hingga tak ada tempat untuk ketulusan cinta kita lagi, dan akupun harus memakai topeng kembali, topeng kemunafikan.

Yang selalu mencintaimu,


(***** ***** *****)


NB : sayang, aku tak akan pernah bisa berhenti untuk menuliskan kerinduanku untukmu, seperti aku tak akan pernah bisa berhenti untuk mencintaimu.

Jumat, 16 Juli 2010

untuk kita, sahabat. "Revolusi Diri"

secarik kertas kehidupan menulis namanama kita dengan hurufhuruf yang tak beraturan, hingga kita harus menyusun kembali dan menjadikannya utuh.

kawan, luka selalu meninggalkan bekas sebagai tanda hidup bukanlah mimpi. tak ada kebahagian tanpa merasakan kesakitan.

ingat, kawan. jalan tak selalu lurus, kelok dan simpangan kadang menipu, harapanharapan palsu butakan tujuan.

tapi, nasib milik kita sendiri, garis tangan hanya sebuah alasan dari ketakmampuan. dan ini perjuangan kita, revolusi diri.

bekasi, 17/juli/2010 3:45.

Kamis, 15 Juli 2010

Catatan Dinding " Ketika Aku Mengingatmu."

I.

Malam di matamu, bulan bintang tampak lebih dekat
seperti mimpi yang kian terjaga

II.

Di dadamu yang ladang, tempatku menanam segala rindu
setelah jutaan musim menyiangi sepi

III.

pada kakimu yang mengariskan peta
perjalanan merekam kenangan
ketika pertigaan tak sepakat arah
rindu jadi pelacur pinggir jalan

IV.

Sunyi adalah monumen selamat datang di dadaku

V.

" Farian Pratama Fauzan "

Ibu, surga menangis
aku rindu wajahmu..

VI.

"rindu seperti lidah api yang membakar hangus dadaku."

VII.

kau pernah tanya, kenapa aku suka memcumbuimu dalam hujan?

Di deras air hujan airmata tak tampak, riasan wajah dunia luntur di mukamu dan kau menari dalam dirimu sendiri. Kepolosan wajah yang selalu tertanam dalam rindu, ingatan dan hatiku.

VIII.

tak akan pernah ada reinkarnasi. hidup hanya sekali, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, tapi jangan pernah kau salahkan waktu, pilihan milikmu utuh

IX.

kupikir, terkadang kesakitan lebih baik daripada cinta.
kesakitan mengenalku pada dunia luas
cinta hanya mengenal dunia kau dan aku

kesakitan membuatku berpikir akan semua
cinta hanya membuatku berpikir tentangmu

kesakitan mengajarkanku menghargai cinta
cinta tak pernah mengajarkanku arti kesakitan

X.

ada luka disini; dadaku
tentang sunyi yang bernyanyi
dalam iramairama syahdu; rindu
dan detak jantung yang berhenti

malam kembali ajarkan sepi
di gelapnya aku kehilangan jejakmu
luka semakin abadi
ketika ingatan dirajam rindu.

XI.

aku tak suka senja
merahnya isyaratkan luka dan perpisahan

XII.

setelah simpangan membuatku berputar
dalam hujan aku terus mencari gerimis yang kau titipkan di mataku
entahlah, dimanakah hujan ini akan berakhir?
di mataku atau di matamu

XIII.

merindumu separuh mati. Hidup adalah satu hal, dan mati hal lainnya, tapi separuh mati lebih buruk daripada keduanya.

XIV.

sesore ini sesabit bulan
rindu. mengiris tipis perih hati
wajahwajah di keramaian
merupa. wajahmu dalam imagi

lalulalang membuat kenangan berlari
menjauh. sisir setiap luka yang nganga
disudut mata, airmata bercampur mimpi
ketika janji tak lagi bermakna setia

XV.

Mungkin kita berpapasan dalam hujan, di dingin wajahmu dan aku, rindu
jadi selimut malam. kaca jendela bertukar sapa saat pertemuan
selintas, tujuan akhir menyimpan kenangan dan melupa.

XVI.

"di wajahmu aku rindu ibuku."

XVII.

semoga. kesedihan tak abadi di matamu
senyum bukan kepastian kebahagian
karena hati adalah pusat misteri
tapi hidup bukan sekedar mata, senyum dan hati.

XVIII.

cinta(ku)mati

XIX.

selamat tidur, sayang. Tak usah kau pikirkan esok akan bangun atau tertidur selamanya

XX.

aku masih mencaricari suaramu, dulu, menjadi penukar sapa akan setiap kenangan di bibir yang belum terpoles lipstik yang akhirnya menjadi penyamaran akan warnawarna kebohongan. Aku lupa merekamnya, sebagai pengingat perubahan musim, sebagai pembeda dirimu diantara orangorang yang telah memakai topeng di hidupnya.

XXI.

mimpi kembali menjadi tanda kedatangan fajar
namun, sekali lagi mimpi hanyalah catatan usang yang tertempel di dinding kenyataan, karena nyata adalah tanggis tak henti dan labirin tak berujung.

XXII.

dan di dadamu masih tertinggal warna merah hatiku ketika di penghabisan rindu kulumat dadamu sebagai tanda aku pernah ada.

XXIII.

"saat memanen buah-buah cinta terkadang kita melupa bahwa sebenarnya kita juga sedang menanam benih-benih kebencian."

XXIV.

entah, kau terus saja menghitung detak waktu di dadaku. Bukankah sebenarnya kita yang melupa, ketika cinta terus kita pupuk di dadamu-dadaku, adalah benih dendam yang terus kita tanam yang mekar setelah pesta itu usang.

XXV.

"ini terkahir kalinya kubisikkan kata rindu ini kepadamu, sebelum aku tinggalkan engkau untuk selamanya."

XXVI.

dan aku mencintai dosa, karena dosa aku bisa mencintaimu dengan sempurna.

XXVII.

"yang melupa membuat ketiadaan, kenangan membuat arti keberadaan."

XXVIII.

kekasihku, apa kabar surga hari ini?

Senin, 12 Juli 2010

Saudara (sesusu)

Pagi ini, udara dingin seperti menusuk sampai ke tulang. Bis yang kutumpangi semakin terus melaju ke depan tanpa menoleh sedikitpun kebelakang, semakin jauh meninggalkan desa kelahiran, sepertinya mengerti apa yang ada di pikiranku, takkan pernah ada jalan pulang. Siguntur muda, ya, desa yang tak pernah kutinggalkan sekalipun kecuali untuk bersekolah setiap hari ke kota Padang, karena di desaku tak ada sekolah menengah atas.

Didesa ini kita lahir dan besar bersama, bahkan orang tua kita sering berkata bahwa kita adalah saudara sesusu, karena sewaktu bayi ketika orangtuaku pergi ibumu yang menyusuiku dan begitupun sebaliknya ketika orang tuamu pergi maka ibukulah yang menyusuimu.
Dari kecil kita selalu bersama, berangkat dan pulang sekolah selalu bersama dan duduk di bangku kelas yang sama, belajar mengaji di suraupun kita selalu bersama dan bahkan melakukan kenakalan-kenakalan pun selalu bersama, dimana kau ada maka di situpun aku ada. Dari dulu, apapun yang aku miliki berarti kaupun memilikinya dan begitupun sebaliknya, ya, hingga suatu hari kita tersadar bahwa ada satu hal yang kita tak bisa memilikinya secara bersama dan itulah yang mengakhiri semuanya.
***
Dengan langkah agak sempoyongan kau mendatangiku, matamu merah, tak ada senyum di bibirmu dan bau minuman keras menyeruak dari tubuhmu.
“Aldi!” kau memangil namaku dengan suara yang sangat keras dan dengan penuh kemarahan.
“begini caramu membalas persaudaraan kita selama ini.” kau terus berteriak sambil menunjuk-nunjukkan jarimu ke mukaku.

“Maaf, saat itu aku mabuk dan tak sadarkan diri, bahkan sampai sekarangpun aku masih tak ingat kejadian sebenarnya.”ucapku, membela diri karena aku benar-benar tak pernah ingat kejadian semalam.
“Ah, alasan saja kau.” katamu dengan raut muka yang tak percaya.
“Benar, kau tahu setelah kita minum-minum semalam aku mabuk berat dan bukankah kaupun sama mabuk denganku. lalu, kita sama-sama pulang, setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi, dan aku baru sadar setelah paginya aku terbangun sudah ada di dalam kamarnya dan dia tidur di sampingku.”aku masih terus mencoba memberi penjelasan karena hanya memang itu yang aku ingat.

“enak sekali kau bicara, kau tahukan dari dulu aku sangat mencintainya dan sekarang kau telah mengkhianati semuanya, kini kita bukan saudara lagi karena aku tak pernah sudi punya saudara sepertimu.” Nada suaramu semakin meninggi.

Tiba-tiba aku merasakan keheningan malam yang semakin hening, aku masih terus mencoba menginggat-ingat kejadian semalam dan tadi pagi dan sekaligus mencerna kata-kata yang kau ucapkan barusan. Begitu mudahkah sebuah ikatan persaudaraan yang telah kita jalin dari kecil bahkan ketika kita belum mengerti apa-apa putus hanya dikarenakan sebuah kesalahan yang mungkin aku lakukan tanpa sadar.

“Heh…” tiba-tiba kau berteriak memecah keheningan diantara kita dan kau memanggilku tanpa menyebut namaku lagi, satu hal yang tak pernah kau lakukan dari dulu.
“mulai sekarang, di desa ini hanya akan ada salah satu saja diantara kita, kau atau aku yang hidup.”

Aku terpaku mendengar kata-katamu, keringat dingin mulai muncul dari seluruh pori-pori kulitku, kakiku gemetar seakan tak mampu menahan berat badanku. Dan tanpa kusadari kau telah menggengam pisau lipat yang selalu kau selipkan di pinggangmu kemanapun kau pergi. Matamu semakin merah menyala, amarah atau kemabukkan yang membuatmu bertindak seperti ini, tak sempat aku berpikir apa yang mendorongmu berbuat seperti ini ketika tiba-tiba aku tersadar pisau lipatmu telah mengarah langsung ke dadaku.
***
Sepagi ini terminal di kota padang begitu sepi, hanya ada beberapa calon penumpang dan beberapa bis antar kota saja. Aku merasakan gemuruh di dadaku begitu hebat, masih kurasakan badanku gemetar dan keringat dingin itu tak pernah mau berhenti. Pisau lipatmu telah terselip, berpindah tempat ke pinggangku, sebagai tanda kau tetap ada bersamaku kemanapun aku pergi, karena bagiku kau akan terus menjadi saudaraku.

Di desa kelahiran kita tentu orang-orang akan selalu melihat kita bersama-sama, bukan salah satu dari kita, karena tak ada kata akhir bagi sebuah hubungan persaudaraan. Dan malam tadi adalah malam terakhir untuk kita di desa kelahiran kita, desa yang tak pernah kita tinggalkan sekalipun. Tapi, sekarang aku harus meninggalkan desa itu untuk selamanya dan meninggalkan semua yang kumiliki kecuali persaudaraan kita.

Selamat jalan saudaraku, dimanapun kau berada kini, aku akan selalu menjadi saudara bagimu.


BF
Bekasi, 27-06-2010

Minggu, 11 Juli 2010

Meracau : Aku Memilih Bahagia


mau ga dipikirin tp ga bisa, mau dilupain parah malah tambah ga bisa... hhmm aku mau hidup di dunia lain aja yang ga pake hati... seandainya bisa renkanasi aku mau jadi yang terbaik!!!!!

(Maaf tak ada maksud apa-apa, hanya sebuah ketertarikan untuk menulis. seorang teman bertanya kepadaku apa yang kau pikirkan saat seseorang membuat status seperti itu, aku jawab : “aku kasihan kepadanya, semoga dia mengerti arti hidup sebenarnya dan mampu memilih untuk dirinya sendiri.”. kemudian temanku menyebut satu nama, lalu akupun menjawab kembali : “oh, ternyata aku salah atas ucapanku barusan, karena aku kenal dia sebenarnya dan kebohongan yang selalu mengikuti hidupnya.”)

Tak ada reinkarnasi. Hidup hanya sekali, lakukan apa saja yang kau inginkan, tapi jangan pernah salahkan waktu, karena pilihan milikmu utuh..

Terkadang manusia selalu menyalahkan waktu atas ketidak-beranian mereka memilih atau kesalahan dalam menentukan sebuah pilihan. Dan berharap waktu bisa kembali. Bukankah selama nafas masih terus memompa detakdetak di jantung selama itu kesempatan masih ada, lalu masihkahkita menyalahkan waktu atas ke-tak berani-an?
Tangisan pertama waktu bayi di lahirkan adalah pertanda bahwa tak ada yang mudah di dunia ini, akan banyak pergorbanan. Sekarang tergantung apa yang akan kita putuskan untuk hidup kita sendiri. Aku memilih bahagia.
Kapal berlayar mengikuti arah angin, jika tak mampu melawannya maka ikuti angin itu. Manusia merasa dari hati, ikutilah hatimu maka kau akan bahagia. Tak peduli apa resikonya, hidup adalah pelayaran kedepan, usia selalu bertambah, dan batas akhir telah di tentukan. Aku memilih bahagia.
Daun yang telah tua jatuh ketanah, terkubur dan terlupa, tetapi setidaknya dia selalu mempertahankan keberadaannya di dahan yang dia cintai. Manusia hidup menua dan terlupa, berpijak pada jiwanya yang rapuh, tanggis adalah pelarian yang semakin membuat tak berdaya, sehingga dia tak sadar bahwa dia mampu membuat keputusan. Aku masih tetap memilih bahagia.
Memang benar kita tak bisa memilih siapa yang melahirkan kita, jenis kelamin, dan siapa yang kita cintai. tapi, semua manusia punya hak untuk bahagia, Tuhan selalu menginginkan hambanya bahagia, karena tak mungkin Tuhan ingin hambanya menderita, tergantung hambanya ingin memutuskan apakah dia ingin bahagia untuk dirinya sendiri atau mengorbankan dirinya, itu terserah kita sendiri. Tak pernah ingin ku salahkan waktu karena pilihan milikku utuh.

BF
Bekasi, 12/juli/2010 00:19

Hati Ribuan Misteri

Hujan bulan juni

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


(puisi : Sapardi Djoko Darmono)

****************
Teramat panjang jalan tersusuri untuk mengerti tentang pergantian musim, sementara kita tak pernah abadi. terkadang tercecer debu di tubuh, membuat luka semakin nganga, dan sebuah kemurahan hati menjadi obat pengering luka.
bumi terus berputar sebagai tanda hidup berlanjut. waktu ke waktu, hari ke hari, detik ke detik adalah perubahan karena tak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri.
pengertian menjadi satu bentuk lain dari ke ikhlasan, tak memaksa, tak meminta.
dan melalui ini semoga kau mengerti atas MAAF yang ingin ku ucapkan. karena masalalu sudah tertetapkan tanpa pernah bisa diubah dan masa kini adalah masa yang mulai melukis masa depan..


semoga. kesedihan tak abadi di matamu
senyum bukan kebahagian pasti
karena hati adalah pusat misteri
tapi hidup bukan sekedar mata, senyum dan hati..

mari kita tuntaskan persimpangan ini
karena rasa akan selalu sama; Melupa..



salam
beny fauzan semarang, 05/juli/2010

"semoga bahagia selalu untukmu."

Monumen Selamat Datang


: catatan saat melakukan perjalanan sendiri, saat tak ada teman berbagi, lagi.
Tanpamu atau denganmu, aku tetap berjalan. Tetap tersenyum.


“Monumen Selamat Datang.”

Pada kakimu yang mengariskan peta
Perjalanan merekam kenangan
Ketika persimpangan tak sepakat arah
Rindu jadi pelacur pinggir jalan

Sunyi adalah monumen selamat datang di dadaku

Sudut-sudut kota tawarkan sepi
membaur di remang lampu taman
Dan lukisan hati tak bernafas lagi

Dulu, jejak menjadi cerita
Diantara perayaan kerajaan kuno
Dan kita saksi mata yang merampas kenangan
Batas kota yang terlewati; mati.


BF
Rembang.

Sabtu, 10 Juli 2010

kesakitan lebih baik dari cinta

kupikir, terkadang kesakitan lebih baik daripada cinta.

kesakitan mengenalkanku pada dunia luas
cinta hanya mengenal dunia kau dan aku

kesakitan membuatku berpikir akan semua
cinta hanya membuatku berpikir tentangmu

kesakitan mengajarkanku menghargai cinta
cinta tak pernah mengajarkanku arti kesakitan..

BF
bekasi

Jumat, 09 Juli 2010

Meracau : semua pasti berubah

“Mencintaiku, tak akan kau temui kepastian
Aku adalah perubahan.”


Semua yang ada di dunia ini pasti berubah, karena tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Terkadang kita melupa terhadap perubahan yang akan terjadi sehingga membuat kita tak siap diri untuk menghadapi perubahan-perubahan itu, lalu mulai menyalahkan diri sendiri atau orang-lain, dengan kata lain adalah penolakan atas perubahan itu sendiri, istilah popular dalam manejemen adalah resitensi perubahan (resistance to change). Mungkin jika perubahan itu membahagiakan kita akan senang hati menerimanya tetapi bila perubahan itu menyakitkan, kita tak pernah menerimanya.
Heraclitus (kira-kira 540-480 SM), seorang filsuf yang berasa dari Ephesus di Asia kecil mengatakan “ segala sesuatu terus mengalir,” segala sesuatu terus mengalami perubahan terus menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap.
Dan kenapa sering kali perubahan itu di tolak? Mungkin kita perlu kembali seperti Plato katakan bahwa manusia lebih senang berada di daerah aman yang mereka miliki, sehingga melupakan daerah diluar itu.
Begitu juga dengan perasaan, tak selamanya kita mencintai seseorang yang sama untuk selamanya.

“Saat memanen buah-buah cinta terkadang kita melupa
Sebenarnya kita juga sedang menanam benih-benih kebencian.


Ya begitulah, ketika kita sedang merasakan indah-indahnya cinta, kita melupa bahwa tak ada yang pasti di dunia, semua akan berubah. Jadi, saat jatuh cinta kita rela melakukan apa saja untuk orang yang kita cintai, seakan-akan dialah yang akan bersama kita seumur hidup. Hingga suatu saat salah satu ada yang merasa tersakiti oleh perubahan yang telah di cipatakan salah satu pasangan, dan di saat inilah benih-benih kebencian mekar menyelimuti setiap dinding di hati, dan kebencian mulai memainkan peran.
Lalu, kita mulai menyakiti satu sama lain, mulai menabur dendam-dendam, mulai menjelek-jelekkan orang yang pernah kita puja. Seakan kita sama kali tak pernah ingin bertemu atau memaafkan orang yang dulu sangat kita cintai.
Mungkin benar apa yang dikatakan Robbie William dalam pengalan liriknya di lagu betterman :
“before I fallin love, I prepare to leave her.”


Ahh, sudahlah apa peduliku…


BF
Bekasi 10/juli/2010 3:15

Selasa, 06 Juli 2010

Sketsa Puisi Cinta

Lis, gadis kaca.
Sengaja tak kutulis puisi cinta melankolis untukmu karena itu hanya barang dagangan sinetron-sinetron tak bermutu di negeri ini, manipulasi kebenaran situasi. Dan ingat, cinta bukanlah rekayasa.

Ini hidup, dimana luka ada darah mengalir dan tangis tak pernah tersenyum.

tak ingin kubohongimu dengan menulis tentang indah langit biru sementara polusi telah membuat anak-anak kita semakin bodoh. juga tak kutulis tentang bening warna ketulusan sementara kali-kali telah menghitam dicemari limbah-limbah pabrik dan membuat anak-anak kita tak bisa minum.

Lis, gadis kaca.
Jangan kau tanak lagi airmata, karena itu perhiasan satusatunya yang tak bisa mereka beli dari kita. Maka simpanlah sayang, sebagai warisan untuk anak-anak kita nanti.


BF
Semarang 06 juli 2010 1:49

Senin, 05 Juli 2010

yang kau gariskan

TUHAN, jika aku hanya menjalankan apa yang telah kau gariskan
maka aku adalah penghuni surga
karena aku tak mau menanggung dosa-dosaMU

dan aku adalah aku untukku.

BF
bekasi

meracau : bolehku minta nomor pinmu?



saat ini, ada perubahan tegur sapa perkenalan : "nomor pinmu berapa?", "facebook apa?", "twittermu apa?", "boleh minta YMmu?"..
dulu bahasa tegur sapa perkenalan selalu diawali dengan "siapa namamu?" tapi sekarang sepertinya William Shakespeare itu benar saat mengatakan " apalah arti sebuah nama." karena saat ini nomor pin lebih berarti dari sebuah nama.

Dari dulu angka-angka telah mengalahkan kemurnian, system selalu membuat kita untuk mengikutinya walau terkadang kita terlalu memaksakan diri untuk ikut ke dalamnya (karena kalau tidak, bisabisa di bilang " nggak gaul lo"..heheheh).
kemudian berlanjut dengan tibatiba orang-orang menjadi autis, ketergantungan akan sebuah system hingga melupa akan hirarki manusia seutuhnya; manusia adalah makhluk sosial.

teknologi pada dasarnya diciptakan untuk memudahkan dan dikendalikan oleh manusia, tapi sepertinya saat ini manusialah yang dikendalikan oleh teknologi. lalu, sebenarnya siapakah yang diuntungkan dalam hal ini?

akhir-akhir ini sering sekali aku mengalami atau melihat, saat jalan bareng atau nongkrong bareng dengan temantemanku, kita sering sekali sibuk dengan gadget masingmasing, jadi di keramaian tak ada kata yang keluar. gadget sudah seperti candu yang memang sudah bercampur dalam darah dan daging mereka, tanpa gadget hidup mereka seperti tak bergairah dan kehidupan menjadi hampa.


ah sudahlah, apa peduliku,....


BF
semarang, 6/juni/2010. 02.16