Kamis, 24 November 2011

Tidurlah tidur, sayang

Tidurlah tidur, sayang. Nyenyakkan segala lukamu dalam mimpi dan bangunkan bahagia dalam nyatamu.

Tidurlah tidur, sayang. Biarkan malam senandungkan lagu rindu dan juga biarkan bulan yang setengah mengintip malam ini menjagamu bersama doaku.

Kelak, ketika di ujung pagi kau terbangun, biarkan embun dan udara pagi meresap ke hatimu, dan rasakan, aku disana memelukmu. dan kau akan mengerti bahwa cinta adalah kecupan pertama pagi yang mampu kuberikan kepadamu.

maka, tidurlah tidur, sayang. agar tak terlewat segala kecup dan ucap selamat pagi yang kan terbit dari langit timur jantungku.

Bulu-mataku yang berguguran

“Aku rindu kamu.” Tiga kali sms-mu masuk ke nomor ponselku, getarnya meninggalkan bekas merah di dadaku, serupa bekas merah kecupan bibirmu dahulu.

Mungkin. Musim penghujan telah datang, aku bersiap-siap menanam kembali benih-benih bulu-mataku yang berguguran selepas kepergianmu.

Musim, terlalu sulit untuk diterka, apalagi cuaca
Rindumu yang datang tiba-tiba, ingin kembali mengairi petak-petak di dadaku.

Aku tak lagi sudi.

Ribuan hari telah kutarikan tari ritual pemangil hujan. engkau dimana?

Ahh, kini biarlah, kutunggu hujan yang lain
Yang datang tepat waktu
Tepat di jantungku.

Yang (masih) merindumu

Hujan sore ini, diam diam

hanyutkan bau tubuhmu ke kotaku

kenangan tergenang menghujam

dada—yang (masih) merindumu

untuk kesekian kali. seperti kanak-kanak

aku berlarian menyongsong hujan

menyongsong sepi yang retak

di kebisingan atap-atap di atas kepala

selepas hujan sore ini

mungkin kita tak lagi bersama, sayang.

peluklah aku. Erat.

Biar hangat segala ingatan



Sekumpulan rintik berbisik

Serupa samar suaramu menyamar

Selepas itu, air turun dari mataku

Entah hujan

Entah air mata

senja itu katakata tak terucap

Seharusnya,

Telah aku katakan kata-kata ini

Ketika keriting rambutmu menguning

Di sentuh cahya matahari senja

Ketika burung-burung mulai kembali ke sangkarnya

Dan sungai Sambas surut ke muara

Senja itu,

Setelah lalu-lalang sampan nelayan

Angin mempermainkan rambutmu

Dan matamu,

Dalam lubuk ikan bermain riang

Lihatlah, sayang

Untuk menyatu; dua sungai ini

Saling membentur dan melebur

Lalu bersama-sama menuju samudera

Kepadamu. senja itu

Kata kata itu tak terucap

Tertelan keindahan;

Matarahari senja

Riak sungai

Dan kamu.