Rabu, 22 September 2010

:)

‘kepada pacarku, maaf aku kalah dari pertarungan ini, dan aku memutuskanmu’

yang hidup tanpa detak; lukamu

Pada keabadian perpisahan
Perjumpaan adalah kefanaan ingatan
ketika kenangan merupa hujan
yang datang tak kenal musim

airmata meluruskan arti luka
pelarian gemuruh kebimbangan
dan hati terlalu bisu untuk diam
dan jiwa terlalu riuh untuk berkata

ada bekas bibirmu dan aku
mengecup pedih yang tumbuh mekar di taman hati
selepas percintaan kita terakhir
kutanam benih luka di rahimmu

jika kelak ia lahir
jangan kau mandikan dengan airmata
tersenyumlah kekasih
karna ialah kekuatanmu; hatimu

dan tak perlu kau ceritakan tentangku padanya
aku adalah debu ketiadaan
yang mampir
yang terbuang
yang hidup tanpa detak; lukamu



bandara sepingan.

Minggu, 19 September 2010

Tiga wanita di dalam hidupku

Wanita pertama adalah malam
wanita bergaun hitam
yang ajarkanku arti luka dan sepi
di balik cadar wajah merupa belati

wanita kedua adalah siang
bergaun emas berkilau terang
yang ajarkanku kesombongan
indah luar, dalamnya kekosongan

wanita ketiga adalah diantara malam dan siang
menunggu selalu untuk pulang
yang ajarkanku kepasrahan
dan arti ke-tiada-an.



balikpapan. 20/09/10



Jumat, 17 September 2010

Tubuh Langit

; YRT



Perjalanan adalah pencarian gumpalangumpalan ingatan
dan menyulam kembali menjadi harapan .

melewati tubuh langit
kutitip benih cinta di dadanya
mekar menjadi awan rindu
yang menghujani *halaman rumah-mu.





*Halaman Rumah; judul puisi Yayan R Triansyah





angkasa (Soekarno Hatta - Sepinggan). 17/09/10

Minggu, 12 September 2010

Setelah Percintaan Terakhir

Setelah percintaan terakhir, kita saling menghafal wajah sebelum punggung saling membelakang, guratkan kenangan di dinding kamar yang tak lagi berpenunggu, dan kita samasama mengeja lupa.

waktu mengajarkan kita menabuh genderang perang, akan silangsengketa rasa yang entah. menimbun luka di muara tak bersamudera, mati, tak mengalir. ini luka siapa, bahkan kita tak tahu apaapa, tentang dada kita yang menjadi medan peperangan.

setelah percintaan terakhir, pun kita merindu dalam diam, diantara hingar amarah, dan pesata-pesta topeng kemunafikan, sebenarnya kitalah samasama kalah.



Beny Fauzan
bogor 13/09/10 9:22

Rabu, 08 September 2010

"MOhON MAAF LAHIR BATHIN."

Aku manusia
selalu ada khilaf dan lupa
kadang laku lisan goreskan luka
tak atau sengaja

pandang kadang tak memandang
tubuh tak saling menyentuh
membiaskan kesombongan sangka
dalam kata yang mungkin dusta

aku manusia
jauh dari sempurna
tempat semua cela
dan juga segala kesalahan

"MOhON MAAF LAHIR BATHIN."

Mewangilah

kupenjarakan kau di pikiran dan hatiku
tak lepas, di harihariku
rindu ini milikmu
seperti malam dan bulan
langkah yang berjalan menujumu
bagai kerinduan bayi terhadap air susu ibunya

menikmati setiap percakapan hati
aku ingin di pelukanmu
menandang indah wajahmu
aku ingin memelukmu

malam ini, kutulis surat ini
ketika pagi mulai menjelang
sayup sapa angin
dan lembut embun mulai basahi kering hatiku

engkaulah bungga yang mekar di hatiku
mewangilah
mewangilah

Hujan Menderas di Matamu

sekali lagi senja guratkan perpisahan
resah tumpah di jingga merah
di angkasa kawanan walet menarikan ritual gundah
dan angin bawa dirimu pergi, entah.

sore ini, seribu wajah memainkan peran
aku musafir yang mengetuk pintu dunia
cari jejak yang kau tinggalkan
ketika aku lupa arah kepergianmu

inikah kata yang kau ucapkan
di malam aku, menjadikanmu aku
di bintang kita titipkan mimpi
saat nyata mulai tertidur lelap

lalu hujan menderas di matamu
kita menari di digigil rasa
di rinainya ku bisikkan puisi
tentang hujan di kisah kita









bekasi, 4/09/10 17:03