Jumat, 30 September 2011

Bulan yang sama

Barangkali memang baiknya kita balik saja waktu ke waktu pertama kali kita bertukar sapa saat dimana kita bebas lepas mengawinkan tawa serta canda sekaligus sesekali kita saling menggoda kepenatan hati masing-masing dan berpurapura sedang mengelinding di hijau savana atau sekedar duduk bicarakan pecah pecahan warna dasar lalu kita pilih salah-satu warna yang kemudian kita rajut menjadi tikar kenangan sebagai alas untuk sekedar berpiknik dari rutinitas luka yang terlalu sibuk mondarmandir di harimu dan hariku.

Lalu, kenapa kita persulit kini?

Sedangkan bulan di atas langit Surabaya malam ini adalah bulan yang sama di kotamu --yang mungkin diamdiam kita samasama pandangi; mungkin juga bibir kita samasama merapal doa yang sama; agar kelak, sembuh segala luka. Atau barangkali baiknya kita padamkan saja bulan di langit agar tak perlu lagi kita sembunyi dan kita bebas menari tanpa perlu takut kelihatan, tetapi, sesekali tak apalah kita bergesekkan kulit agar ada irama kehidupan tercipta atau hanya sebagai pertanda kita ada dan tak perlu saling cari.

Dan begitu pula dengan angin yang berhembus di tempatku kini adalah angin yang sama satu jam yang lalu mengecup mesra rambut dan tubuhmu, aku kenalinya dari wangi parfummu yang terbawa angin ke kota ini, membuatku merasakan kehadiranmu hingga tak perlu aku bersusah-susah untuk memaksa atau menculikmu, cukup kutunggu satu jam maka angin akan mengantarkanmu ke kota ini, di sampingku.



Surabaya 24/09/11

0 komentar:

Posting Komentar