Rabu, 18 Januari 2012

senja itu

Hujan bawa kembali ingatan, ia datang tak sendiri, selalu saja rindu mengikuti. Kamu, keriting rambut dan binar-binar di matamu mampu memperdayaku senja itu. Di bangku plastik berwarna merah, waktu mempertemukan kita, serupa dua sungai yang bertemu, kita coba lebur jadi satu.
Aku pandangi dirimu dan pertemuan dua sungai itu, nelayan serta burung-burung kembali bergerak pulang, membawa hasil dari keringat mereka yang hilang siang tadi. Selayaknya sebuah pertemuan, kita sama-sama tahu; perpisahan adalah hidangan penutup yang tersaji di meja perjamuan senja itu. Aku tak ingin mengunyah lekas-lekas, namun, senja tak pernah berlangsung lama, kita pun samasama tahu itu.
Tak ada hujan senja itu, hanya saja kita menahan mendung di pelupuk mata dan dada.

0 komentar:

Posting Komentar