Kamis, 09 Desember 2010

Catatan dinding : Ketika Hujan Aku Mengingatmu

; linie maharani


Sejak sejarah mencatat hujan adalah kepurbaan rindu yang mengikuti dan ingatan selalu saja tertuju untukmu, rintikrinai menyentuh lembut ujung daun mendendangkan melodi indah tentang nyanyian ritual pemujaan keindahan; dirimu.
Serupa bibirmu, kesejukan menjalari setiap sisi di tubuhku, ada gigil yang mengetarkan detak di jantungku; ketika bibirmu menyapa lembut bibirku.
Kita kembali membalikkan waktu, saat pertemuan, hujan mewujud dalam rupa warna yang mengambar hatiku dan mu. Inilah sejarah katamu, dimana hujan mulai turun dan kita mencatat setiap rindu di buku ingatan.

***
Adalah hujan samarkan airmatamu dan aku ketika rindu lebih mengambil alih tatapan dan kita mulai mencipta jarak diantara sesak yang menghujam dadaku di dadamu; degup yang tak lagi berdetak di keasingan musim.

***
Aku masih memandangi hujan ketika ingat kau pernah katakan selalu menitipkan rindumu di setiap rinainya tapi aku lupa menanyakan di rintik yang mana rindumu akan mewujud.

***

Hujan adalah gemuruh yang berkecamuk.

***
Gemuruh adalah rindu yang berdetak di jantungku ketika hujan aku mengingatmu

***
Jantungmu berdetak di jantungku

***
Ketika kau Tanya “Apakah karna kecantikan kau memilihku?”. Maka kujawab “ jika karna kecantikan aku memilihmu, maka, akan kupastikan aku takkan memilihmu.”.

***
Jadilah kekasih, istri sekaligus pelacur untukku.

***
Membaca pesan yang kau titipkan di rinai hujan ada keraguan terbesit saat pelangi muncul ketika hujan reda karna kita samasama tahu tak ada warna abuabu di pancarannya.

***
Matamu yang embun adalah tempat segala rinduku memandang.

***
Jika mencintaimu adalah hunusan pedang, maka, aku telah mati di kematian yang indah

***
Di dadaku kau tumbuhkan resah
Pun waktu semakin pecah
Ketika cinta terus mekar dalam darah
Dan kita binggung menentukan langkah

Ayunan langkah tak sekuat gengam jemari
Persimpangan adalah harga mati
tentukan arah akhir tujuan
tentang kebersamaan dan kesendirian

***
Siang hari yang kulalui tanpamu
Betapa aku bising di kesepianku
Dan seperti malam yang kau ajarkan kepadaku
Betapa aku sunyi di keheninganmu

***
Setelah kepergianmu, aku tahu,
akan sunyi yang panjang
Hingga waktu membawamu kembali

***
Ketika kucari alasan kenapa aku mencintaimu, aku semakin kehilangan diriku
Karna ketika aku mencintaimu, aku mencintai diriku sendiri

***
seperti kamu, bungga mekar dan berwarna indah ketika dia menjadi dirinya sendiri tanpa harus di tata, dan masalalu adalah pupuk terbaik

***
Ketika siang mengatakan mencintai malam dan malam mencintai siang
Apakah kau percaya?
Sementara mereka tak pernah bersama

***
Kau dan cermin samasama memantulkan diriku

***
Dan kusebut ini cinta; aku menyayangimu melebihi diriku sendiri

***
Adalah kau yang merubah nadanada sedih di masalaluku menjadi melodi indah dengan syair-syair yang kau tulis dengan masadepanku.

***
Meragu adalah menanam benih di musim kemarau

***
Balok es takkan beku selamanya ketika temperaturnya tak dijaga; begitulah cinta

***
Di malam ketika kau tak ada
Kupatahkan rantingranting malam
Mengugurkan daundaun mimpiku
Ke tanah yang lembab dan kosong

di malam ketika kau tak ada
gongongan anjing begitu nyata
sekawan katak menyanyikan lagu rindu
ritual pemujaan akan kehadiran rembulan

di malam ketika kau tak ada
ada kesunyian di pulau hatiku
jalan setapak yang lenggang
yang gelisah menuju arahmu

di malam ketika kau ada
malam mengecup lembut bulan
sajak menikahi makna
dan aku tak ingin tertidur; lagi

***
Dan ketika nanti aku menghilang, percayalah, bukan karena rasaku berubah
Tapi, hanya ingin mengetahui seberapa besar rasa dan inginmu untuk bersamaku

***
Di kemudaan usiaku, akan selalu ada kesalahan yang akan kusesali nanti, kecuali mencintaimu.

***
Sebagai pengembara, takkan pernah kuhentikan langkahku
Tetapi, sebagai pecinta, telah kupastikan hatiku menetap di hatimu

***
Untuk bersamaku, kau harus seorang pejuang yang tangguh
Karna hidupku terlalu akrab dengan kemalangan

***
Di sebuah telaga yang bening, di tumbuhi oleh bungabunga air yang indah dan beraneka warna hiduplah seekor katak yang sangat mencintai bulan dan ketika malam di setiap malamnya selalu bernyanyi untuk menarik perhatian sang bulan. Kejadian itu berlansung secara terus menerus, hingga suatu saat katak kehilangan suaranya dan ia tak bisa bernyanyi lagi untuk memuja kekasihnya; bulan.
Waktu terus berlalu, katak tersadar dan merasa usahanya selama ini untuk menarik perhatiaan kekasihnya hanyalah pekerjaan sia-sia, karna bulan tak pernah mendekat untuk berada di sampingnya dan jarak di antara mereka selalu sama dan tak pernah berubah sedikitpun. Akhirnya, katak lebih memilih untuk menikmati keindahan bungabunga air dan mereka bersama selamanya di telaga bening itu.

***
“Keyza azzahra Fauzan”

Pada sebuah nama telah kita sepakati ketika kelahiran masih terkandung di dalam kepalamu dan aku sebagai penerus sejarah kematian dan juga sebagai alasan penyatuan isi dadamu dan aku karna di nama terakhirnya telah tertuliskan setengah takdir yang menjadi garis di tangannya sebagai isyarat di hari kelahirannya.

***
Jika ini memang perjudian terakhir, taruhkanlah seluruh masalalumu dan terimalah kemenangan atau kekalahan di masadepanmu.

0 komentar:

Posting Komentar