Kamis, 28 Oktober 2010

Tentang Merindumu


berungkali kita tulis sejarah kesendirian, kelak menjadi riwayat airmata yang tumpah di matamu dan bermuara di dadaku. serupa hujan malam ini, dingin.
sekilas kenang tertangkap di ingatan, tentang kita yang bermandi peluh, bertukar dekap dan tatap, nafas begitu memburu seakan detik tak ingin terlewat sia-sia.
malam itu kuletakkan bintang dan bulan di langit kamarmu, semoga kau ingat itu, sayang.

lalu, petir menyambar dan gemuruh bergema di langit, membuncahkan kerinduan yang sangat, ketika kita memilih bermalam dalam kesendirian. dan aku merindumu.

ketika merindumu, di mana sepi semakin sunyi adalah aku yang menjadi pendusta ketika kukatakan aku ingin sendiri, sementara, aku tahu kesendirian adalah luka yang teramat perih.

malam kian memanjang, sapamu kembali hilang, lindap di bawa angin. dan kini kutahu, tak ada yang abadi tentang kau dan aku, selain ingatanku tentangmu.


Bekasi.

0 komentar:

Posting Komentar