Kamis, 22 Juli 2010

Rusukku yang Kau Rampas

Mencintaimu tak akan melukaiku bukan tentang memiliki tetapi tentang senyum di bibirmu, cinta ikhlas memberi bukan menerima.

Kucintai kau selayaknya, seperti siang berganti malam, matahari bertukar tempat dengan bulan, musimmusim berganti dan ku gengam tanganmu diantaranya. Daun berguguran ketika senja mulai merah jingga serupa cinta yang kusematkan di dada, memberi irama kepada malam yang akan menemanimu. bukan aku.

Kutitipkan rindu pada angin yang menerpa wajah. semoga, berbisik di telingamu, membacakan alamat tentang arah kepulangan, harapan dan ketulusan; di hatiku.

Di bidang dadaku, dulu pernah kau ukir sajaksajak tentang riwayat sejarah luka dan airmata. Lalu, kau kembali melupa setelah percakapan pertama, menutup pintu dalam pertemuan pungung.

Dan kau tulis puisi tentang kemunafikan sebagai penganti rusukku yang kau rampas.

“Aku terluka,” katamu. dan belati masih tergengam erat di tanganmu sementara darah mengucur dari dadaku yang kau tinggalkan.


Beny Fauzan
Planet Senen 22/ juli / 2010 20.30

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Cinta selalu meminta bukti, bukan?

Salam hangat, saudaraku.

N.R

redthundie mengatakan...

memang begitulah nyatanya...

salam, saudaraku

Posting Komentar