Kamis, 15 Juli 2010

Catatan Dinding " Ketika Aku Mengingatmu."

I.

Malam di matamu, bulan bintang tampak lebih dekat
seperti mimpi yang kian terjaga

II.

Di dadamu yang ladang, tempatku menanam segala rindu
setelah jutaan musim menyiangi sepi

III.

pada kakimu yang mengariskan peta
perjalanan merekam kenangan
ketika pertigaan tak sepakat arah
rindu jadi pelacur pinggir jalan

IV.

Sunyi adalah monumen selamat datang di dadaku

V.

" Farian Pratama Fauzan "

Ibu, surga menangis
aku rindu wajahmu..

VI.

"rindu seperti lidah api yang membakar hangus dadaku."

VII.

kau pernah tanya, kenapa aku suka memcumbuimu dalam hujan?

Di deras air hujan airmata tak tampak, riasan wajah dunia luntur di mukamu dan kau menari dalam dirimu sendiri. Kepolosan wajah yang selalu tertanam dalam rindu, ingatan dan hatiku.

VIII.

tak akan pernah ada reinkarnasi. hidup hanya sekali, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan, tapi jangan pernah kau salahkan waktu, pilihan milikmu utuh

IX.

kupikir, terkadang kesakitan lebih baik daripada cinta.
kesakitan mengenalku pada dunia luas
cinta hanya mengenal dunia kau dan aku

kesakitan membuatku berpikir akan semua
cinta hanya membuatku berpikir tentangmu

kesakitan mengajarkanku menghargai cinta
cinta tak pernah mengajarkanku arti kesakitan

X.

ada luka disini; dadaku
tentang sunyi yang bernyanyi
dalam iramairama syahdu; rindu
dan detak jantung yang berhenti

malam kembali ajarkan sepi
di gelapnya aku kehilangan jejakmu
luka semakin abadi
ketika ingatan dirajam rindu.

XI.

aku tak suka senja
merahnya isyaratkan luka dan perpisahan

XII.

setelah simpangan membuatku berputar
dalam hujan aku terus mencari gerimis yang kau titipkan di mataku
entahlah, dimanakah hujan ini akan berakhir?
di mataku atau di matamu

XIII.

merindumu separuh mati. Hidup adalah satu hal, dan mati hal lainnya, tapi separuh mati lebih buruk daripada keduanya.

XIV.

sesore ini sesabit bulan
rindu. mengiris tipis perih hati
wajahwajah di keramaian
merupa. wajahmu dalam imagi

lalulalang membuat kenangan berlari
menjauh. sisir setiap luka yang nganga
disudut mata, airmata bercampur mimpi
ketika janji tak lagi bermakna setia

XV.

Mungkin kita berpapasan dalam hujan, di dingin wajahmu dan aku, rindu
jadi selimut malam. kaca jendela bertukar sapa saat pertemuan
selintas, tujuan akhir menyimpan kenangan dan melupa.

XVI.

"di wajahmu aku rindu ibuku."

XVII.

semoga. kesedihan tak abadi di matamu
senyum bukan kepastian kebahagian
karena hati adalah pusat misteri
tapi hidup bukan sekedar mata, senyum dan hati.

XVIII.

cinta(ku)mati

XIX.

selamat tidur, sayang. Tak usah kau pikirkan esok akan bangun atau tertidur selamanya

XX.

aku masih mencaricari suaramu, dulu, menjadi penukar sapa akan setiap kenangan di bibir yang belum terpoles lipstik yang akhirnya menjadi penyamaran akan warnawarna kebohongan. Aku lupa merekamnya, sebagai pengingat perubahan musim, sebagai pembeda dirimu diantara orangorang yang telah memakai topeng di hidupnya.

XXI.

mimpi kembali menjadi tanda kedatangan fajar
namun, sekali lagi mimpi hanyalah catatan usang yang tertempel di dinding kenyataan, karena nyata adalah tanggis tak henti dan labirin tak berujung.

XXII.

dan di dadamu masih tertinggal warna merah hatiku ketika di penghabisan rindu kulumat dadamu sebagai tanda aku pernah ada.

XXIII.

"saat memanen buah-buah cinta terkadang kita melupa bahwa sebenarnya kita juga sedang menanam benih-benih kebencian."

XXIV.

entah, kau terus saja menghitung detak waktu di dadaku. Bukankah sebenarnya kita yang melupa, ketika cinta terus kita pupuk di dadamu-dadaku, adalah benih dendam yang terus kita tanam yang mekar setelah pesta itu usang.

XXV.

"ini terkahir kalinya kubisikkan kata rindu ini kepadamu, sebelum aku tinggalkan engkau untuk selamanya."

XXVI.

dan aku mencintai dosa, karena dosa aku bisa mencintaimu dengan sempurna.

XXVII.

"yang melupa membuat ketiadaan, kenangan membuat arti keberadaan."

XXVIII.

kekasihku, apa kabar surga hari ini?

0 komentar:

Posting Komentar